Selasa, 21 Mei 2013

Kosmologi, Ilmu Alam Semesta

BAB I
LATAR BELAKANG


            Secara terminologi, penciptaan alam dapat dipahami sebagai sebuah peristiwa ketika alam semesta atau jagat raya dan segala isinya ini muncul dan mengad. Berbicara tentang alam semesta, tentu saja di dalam benak kita sebagai manusia biasa timbul sebuah pertanyaan bagaimanakah alam semesta yang begitu besar dan luas tak bertepi ini berawal, kemana ia menuju bagaimana hukum yang menjaga tatanan dan keseimbangannya bekerja. Alam semesta itu ada seperti yang kita ketahui sekarang ini bukanlah tanpa suatu proses, akan tetapi alam semesta ini ada karena tercipta dan melalui proses yang begitu panjang. 

            Terbentuknya alam semesta menjadi teka-teki yang menyibukkan bagi umat manusia. Sejauh perkembangan teori terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat membuktikan secara empirik kebenarannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah hal nisbi bagi alam raya. Manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam raya.  Maka walaupun manusia dengan susah payah mencari-cari bagaimana terbentuknya alam semesta sering terhalang keterbatasan pandangannya. Keterbatasan pandangan ini sangat terikat dengan pengetahuan apriori yang dimiliki manusia. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.

            Kemajuan cara berpikir manusia membuat para ilmuwan merumuskan teori mengenai terbentuknya alam semesta. Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang penciptaan alam semesta? Konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantungpada tingkat kecanggihan alat-alat dan sarana observasinya, dan bergantung pada tingkat kemajuan fisika itu sendiri.

            Kita telah banyak mengetahui bahwa terdapat banyak teori yang berkembang mengenai pembentukan atau proses terciptanya alam semesta ini. Selama ratusan tahun para ilmuwan dan pemikir telah melakukan banyak penelitian tentang bagaimana terciptanya alam semesta ini dan hanya memunculkan sedikit sekali teori. Gagasan yang umum di abad ke-19 adalah gagasan para kaum materialis, yang menyatakan alam semesta ini  merupakan kumpulan materi dengan ukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya seperti sedia kala  yaitu tetap tidak berubah sama sekali. Selain menetapkan dasar berpijak bagi faham materialis bahwa alam semesta ini adalah tidak berawal dan tidak berakhir, pandangan ini juga menolak keberadaan sang pencipta (Allah).


BAB II
PEMBAHASAN

A.    KOSMOLOGI, ILMU ALAM SEMSETA
            Istilah kosmologi berasal dari bahasa Yunani kosmos yang dipakai oleh Pythagoras (580-500 SM) untuk melukiskan keteraturan dan harmoni pergerakan benda-benda langit. Istilah ini dipakai lagi dalam pembagian filsafat Christian Wolff (1679-1754). Kosmologi adalah Ilmu Alam Semesta adalah ilmu pengetahuan tentang kosmos (cosmos) atau universe. Istilah universe ditujukan kepada segenap pangada atau segenap yang ada, yang tercipta mulai dari atom, molekul, batu metal, gas, tumbuhan, binatang, sistem solar (Matahari) dan segala yang ada lainnya.

            Dalam penggunaan modern oleh para ilmuwan, kosmologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang berupaya memahami struktur ruang-waktu dan komposisi alam semesta skala besar dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan alam. Ini berarti kosmologi memanfaatkan pengamatan rinci untuk memperoleh data dan memanfaatkan teori-teori fisika untuk menafsirkan data tersebut, serta mempergunakan penalaran matematika atau penalaran logika lainnya yang terkandung dalam teori-teori tersebut untuk memperoleh pengetahuan lengkap mengenai alam semesta fisik.
 
            Kosmologi bukan astronomi yang membagi-bagi seluruh alam semesta menjadi galaksi, bintang, planet, bulan, lalu menelaahnya satu demi satu. Kosmologi memadukan semua cabang dan ranting pohon ilmu pengetahuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai alam semesta. Kosmologi menelaah ruang dan waktu, menyelidiki asal-usul semua materi pengisi alam, mempelajari peristiwa kosmis penting, termasuk asal mula kehidupan dan kemungkinan perkembangan kecerdasan. Masalah yang dihadapi para kosmolog modern adalah mempersatukan sifat-sifat alam semesta teramati untuk memperoleh model-model alam semesta yang akan mendefinisikan struktur dan evolusinya. Model alam semesta menjadi sarana yang dibangun manusia untuk memperoleh gambaran mengenai alam semesta yang demikian luas. Model ini dibentuk dengan bertumpu pada data empiris dan teori-teori fisika. Model alam semesta pun senantiasa diujikan. Hasil-hasil amatan baru atau teori-teori baru akan mengubah model alam semesta dari waktu ke waktu.

            Dalam mempelajari ilmu lingkungan, yakni ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang kita pelajari dalam kehidupan, istilah lingkungan secara khusus mendalami seluk beluk lingkungan hidup di mana manusia berada. Ilmu lingkungan juga disebut envirologi (Soerjani 1994) atau enviromental science yang dalam Chiras (1991) lebih dikhususkan lagi dengan subjudul:Action for a sustainable future.

B.     TEORI TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
            Teori tentang terbentuknya alam semesta terlah terjadi perhatian para astronom sejak lama. Hal ini diungkapkan melalui apa yang diketahui tentang ruang angkasa, bintang, galaksi, nebula, komet, planet dan sebagainnya. Sampai saat ini ada dua teori yang mencoba menerangkan bagaimana alam semesta terbentuk.

1.      Teori “Big-Bang”
      Alam Semesta sangat luas dan tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti berapa luas alam semesta ini,orang orang dulu mengira Alam semesta ada dengan sendirinya dan akan tetap ada sampai kapanpun, pendapat ini sangat salah dengan ilmu pengetahuan modern saat ini. Banyak Teori yang berkembang tentang Alam Semesta,ada yang menyebutkan ada dengan sendirinya, ada yang menyebutkan terjadi karena ledakan dahysat dan berbagai Teori lainnya, namun saat ini yang paling banyak disepakati adalah teori big bang, teori ini berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta. Teori Big Bang menjadi Teori yang mendekati kebenaran berdasarkan Sains dan Teknologi, bahkan para ilmuwan menyepakati bersama bahwa Teori terbentuknya alam semesta yakni Teori Big Bang.

      Teori Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Menurut teori ini, alam semesta semual berwujud sebagai gumpalan sangat padat dan besar dari sekelompok atom. Gumpalan ini meledak yang menghasilkan panas sampai 100 miliar Celcius, dan dari ledakan inilah terbentuknya berbagai maca kosmos, benda alam. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadahsyat yang terjadi sekitar 13.700 juta tahun lalu. Ledakan ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi ini kemudian yang kemudian mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya dialam semesta ini.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.

Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer). COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.

Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.

Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
 
2.      Teori Steady State
      Teori steady state atau teori pemantapan kelangsungan yang menyatakan bahwa unsur atom baru masih akan membentuk secara terus menerus di alam semesta. Unsur ini sebagai debu mengalami gerakan melingkar berputar-putar sampai terbentuknya galaksi baru. Jadi alam semesta terus menerus akan mengalami pembentukannya sepanjang masa, sehingga teori ini mempercayai bahwa alam semesta sekarang ini sama halnya dengan jutaan tahun yang lewat, dan akan sama keadaanya jutaan tahun yang akan datang. Oleh karena itu pengikut teori ini tidak mempercayai akan berakhirnya alam semesta. Para astronom akan tetap mempelajari lebih lanjut dan akan menghasilkan teori baru tentang terbentuknya alam semesta (kosmogenesis) (Ronan dalam Anon 1973). Pada akhirnya teori ini mempercayai bahwa segala sesuatu di alam semesta mengalami tatanan atau hukum alam yang pasti sehingga akan terjadi kelangsungan dinamika keadaan alam sesuai dengan kehendak Tuhan yang menciptakannya. Manusia berkewajiban dengan rasio dan intuisi (kata hati) untuk mengikuti dengan kearifan dan keikhlasan akan adanya segenap kenyataan yang dihadapi dengan pendekatan nisbi atau relatif.

      Pada pertengahan abad ke-20 seorang materialis, astronom terkemuka asal Inggris Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut dengan teori “Steady State” yang mirip dengan teori alam semesta tetap abad ke-19. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa, tujuannya adalah untuk mempertahankan faham materialis. 

      Menurur H. Bondi, T. Gold, and F. Hoyle mengatakan bahwa alam semesta tidak ada awalnya  dan tidak ada akhirnya. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara terus menerus datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa (space) yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjahui kita dalam ekspansinya.  Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.
 
C.     ALAM MIKRO
            Menurut teori terbentuknya alam semesta, bermiliar tahun yang lewat, alam semesta mulai mendingin, sehingga terbentuklah secara mantap berbagai atom seperti yang dikenal pada saat ini. Atom merupakan unsur dasar yang hakiki dari segenap pengada. Inti atom adalah nukleus yang terdiri atas proton dan neutron yang dikelilingi oleh elektron yang beredar secara tetap dan teratur di sekeliling nekleus.

            Unsur atom yang ada adalah hidrogen dan helium. Dalam evolusinya berbagai gerakan atom yang anorganik akan menghasilkan molekul anorganik, untuk kemudian membentuk molekul yang lebih besar (liposom atau lemak, protein dan karbohidrat) sampai terbentuknya protosel dan sel organik pertama dalam alam kehidupan. Selanjutnya dalam evolusi berikutnya terbentuk molekul dalam susunan protoplasma yang merupakan sel dalam pembentukan jaringan dari sistem organ individu makhluk hidup. Bakteri merupakan mikroba pertama yang terbentuk 3.7 miliar tahun yang lewat.  

D.    ALAM MAKRO
            Alam makro adalah pengenalan pengada yang kasat mata. Sebelum terbentuknya jenis makhluk hidup yang berwujud individu, baik flora, fauna, mikroba, dan manusia, dengan kasat mata daat di lihat adanya jaringan, seperti phloem dan xylem sebagai jaringan dari flora, jaringan deging atau jaringan tulang sebagai bagian dari hewan. Makhluk hidup yang kasat mata mulai dari individu (undivided) artinya tidak dapat di bagi – bagi karena merupakan suatu keutuhan suatu jenis.

1.      Ekosfer
            Ekosfer adalah bulatan planet (Bumi) yang di tempati atau di huni oleh makhluk hidup dalam rumah tangganya (oikos).
            Kehidupan seperti yang kita kenal di bumi ini (ekosfer) menurut teori adalah di wilayah 0,93 – 1,01 UA (unit astronomi atau jarak antara Matahari dan Bumi). Menurut kasting dkk (1988; 49), “teori baru” memperkirakan wilayah kehidupan berada pada jarak 0,95 – 1,5 UA, jadi kehidupan mungkin masih menjakau Planet Mars.

            Menurut hipotesis Gaia (Dewi Bumi) dari James Lovelock (dalam Odum 1983; 24 – 26) antara Bumi dan kehidupan di Bumi berlangsung proses saling pengaruh – mempengaruhi  antara yang hidup dan nirhidup sehingga bumi dapat mendukung kehidupan karena pengaruh seluruh kehidupan itu sendiri. Andai kata kehidupan itu tidak ada, Bumi akan gersang, suhunya akan tinggi sekali (=  kandunga  juga tinggi (98%) sedang kadar  sangat rendah, demikian juga nitrogen (hanya 1,9%). 

Tabel 1. Perbandingan kondisi atmosfer dan suhu Mars, Venus, dan Bumi (dengan dan tanpa kehidupan).
Kandungan
atmosfer
Mars
Venus
Bumi tanpa kehidupan
Bumi dengan kehidupan sekarang
Suhu permukaan C
95%
2,7%
0,13%
-53
98%
1,9%
sedikit
477
98%
1,9%
sedikit
250 + 50
0,03%
79%
21%
13
Sumber : Odum 1983 : 24 – 26.

            Dengan adanya kehidupan,  akan terserap dalam proses fotosintesis, sehingga kadarnya tinggal 0,03% dan  terlepas sehingga di udara kadarnya naik menjadi 21%. Hipotesis Gaia ini juga menekankan pentingnya peranan jasad renik (mikroba) yang tergolong dalam saprovor, yang hidup di antara bahan organik dari makhluk hidup yang mati (daun yang gugur, dsb) dan berfungsi sebagai saprofag (pemakan) sisa makhluk hidup (bangkai, sisa makanan,  dsb) sehingga terjadi peruraian yang menghasilkan bahan anorganik kembali walaupun biota pemakan sisa ini (cacing, jamur, mikroba, insekta tanah dan sebagainya) sering kali secara salah satu di sebut “pengurai”. Jadi kehidupan mengalami daur (siklus / ) kembali pada tumbuhan autotrof yang memerlukan bahan anorganik dalam proses metabolisme.

            Kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi (misalnya di Mars maupun planet lain) dapat dipertimbangkan berdasarkan sifat keadaan (suhu, dan seterusnya) seperti terlihat pada Tabel 1. Oleh karenanya kalau benar kemudian terdapat kehidupan di planet mars, di perkirakan wujud dan sifat kehidupan mungkin sekali akan lain dengan kehidupan di bumi.

            Kehidupan yang kita kenal di ekosfer ini di dukung oleh wilayah tumpang – tindih antara litosfer, hidrosfer, dan atmosfer seperti di terangkan pada Bab 2. Dari fenomena ini terlihat bahwa kehidupan sebenarnya di mulai terlebih dahulu tanpa atau sebelum kehadiran manusia.

2.      Ekosistem
            Di dalam ekosfer pengada yang mendukung kehidupan adalah satuan – satuan ekosistem, yakni segenap unsur dalam sistem yang mendukung rumah tangga makhluk hidup. Jadi dalam ekosistem tercakup unsur makhluk hidup dan keseluruhan penyangganya yakni ruang, benda, tanah, air, atmosfer, atau segala pengada baik biota maupun abiota berada dalam hubungan integratif yang memungkinkan kelangsungan kehidupan secara keseluruhan.

            Pengertian tentang kehidupan dalam ekosistem telah sangat menarik perhatian karena eratnya hubungan anatara makna hidup – mati yang merupakan ciri makhluk hidup dengan pengada nirhidup yang memang tidak hidup, jadi yang nirhidup ini tidak mengalami kematian. Antara keduanya terlihat adanya wilayah/batas peralihan (border line).

3.      Konunitas, masyarakat makhluk hidup
            Dalam ekosistem, makhluk hidup baik flora, fauna maupun mikroba di kelompokkan dalam komunitas sebagai masyarakat makhluk hidup. Segenap makhluk hidup ini terkait satu dengan yang lainnya melalui hubungan interaktif, baik secara langsung dalam jenis yang sama atau jenis serta kondisi yang berbada. Di samping itu juga terjadi interaksi melalui pengada nirhidup seperti air, oksigen, materi dan sebagainya.

4.      Populasi dan individu
            Kelompok manusia yang sering disebut “masyarakat” manusia sebenarnya adalah populasi manusia dari salah satu jenis (spesies) makhluk hidup, seperti populasi harimau, populasi nyamuk dan sebagainya.

            Individu merupakan ciri utama makhluk hidup yang tercipta masing – masing individu secra berbeda – beda dengan cirinya sendiri secara khusus. Sebenarnya tidak ada individu dari suatu jenis (spesies)) makhluk hidup yang sama. Semua yang ada di ciptakan dengan ciri, sifat dan keindahan masing – masing. Kalaupun ada kesamaanya, sebenarnya sekedar mirip saja, karena semuanya memiliki keindahannya sendiri. Menurut paham amenity (amenitas) atau keunggulan dan keindahan sifat semua pengada baik flora dan fauna sama indah dan maknanya.   

E.     ALAM SUPERMAKRO
            Alam semesta atau universe mengacu pada segenap pengada (entity. Entitas), benda angkasa atau kosmos dan segenap proses yang menyertainya. Ilmu pengetahuan yang mempelajarinya adalah kosmologi yang banyak menggunakan peralatan fisik mekanik seperti teleskop, juga memanfaatkan teori dari fisika-matematik, dari mana disusun “model” dari alam semesta. Disamping itu juga dirumuskan observasi melaui radio-teleskopi. Model ini digunakan untuk menelaah penyelidikan lebih lanjut dan untuk mengartikan (menginterpretasikan) data astronomi yang sudah diperoleh. Salah satu penemuan dalam model ini adalah adanya galaksi seperti galaksi Bima Sakti (the milky way). Berbagai model yang dikenal itu mengacu pada teori relativitas.

            Dulu kalau pada awalnya pemahaman tentang terjadinya alam semesta mengarah pada mitologi, semacam “dongengan” yang disebut kosmogoni. Kosmologi kuno mengikuti pendapat bahwa alam semesta itu terbatas dan berorientasi pada bumi sebagai pusatnya (finite and earth-centered). Kemudian timbul anggapan lain, yakni bahwa alam semesta itu menjangkau sesuatu yang tidak terbatas, tanpa permulaan dan tanpa akhir. Jadi benda alam (galaksi, bintang, planet dan segainya) dapat berada, tumbuh, terpecah-pecah dan berada dalam ruang tanpa batas.

            Dalam perkembangannya kosmologi mengalami perubahan, pendapat para ahli yang berbeda, saling mendukung tetapi juga ada yang saling bertentangan. Berbagai konsep digunakan untuk menerangkan pengertian tentang alam semesta.beberapa diantara nama terkenal adalah Newton dengan teori gravitasi, Einstein dengan teori relativitas. 

            Nebula yang merupakan materi ruang angkasa dapat terkumpul sebagai galaksi yang merupakan kumpulan dari bintang., diantaranya adalah Galaksi Bima Sakti dimana matahari berada, Galaksi Andromeda yang berada relatif paling dekat dengan Galaksi Bima Sakti, dan sebagainya.

1.      Nebula
            Setelah benda – benda angkasa mengalami ledakan, berjuta tahun kemudian suhu alam raya menurun sampai 3.000  materi dan energi yang ada mengalami terbentuknya asap dan kabut yang disebut nebula. Jadi nebula adalah seperangkat awan yang terdiri atas asap dan kabut.

            Nebula kemudian menggumpal sebagai protogalaksi. Dari padanya terbentuklah bermacam – macam galaksi melalui proses pengkerutan dan kondensasi. Jadi nebula yang ada merupakan nebula galaksi. Ada nebula yang berada di sekitar Matahari yang mengalami perubahan rotasi, sehingga keluar sebagai komet seperti benda angkasa yang bergerak (sering kali disebut bintang berekor) karena terlihat lewatnya cahaya seolah – olah ekornya (Munitz dalam Anom 1971).

2.      Galaksi
            Protigalaksi yang berasal dari kondensasi nebula akan mengalami kontraksi dan perputaran yang makin cepat. Beberapa miliar tahun kemudian mengalami fragmentasi menjadi apa yang disebut protobintang (protostars). Dalam mengalami pengkerutan melalui proses grafitasi, dan dalam suhu yang relatif tinggi terbentuklah inti fusinuklir yang menyebabkan energi berubah bentuk sebagai panas dan sinar. Dalam hipotesisi nebula, akhirnya terbentuklah jutaan bintang – bintang dalam berbagai bentuk yang regular maupun yang tidak teratur (irregular).

            Galaksi yang teratur dianataranya adalah galaksi Bima Sakti (milky way) di mana matahari berada di antara 7.000 bintang di dalam galaksi yang terbentuk.

3.      Bintang
            Apa yang nampak di langit pada malam hari ialah cahaya dari ribuan bintang. Bintang adalah benfa angkasa yang berukuran besar sekali, walaupun hanya terlihat sebagai bintik cahaya yang kecil, pada umumnya berukuran 1- 1.500.000 lebih besar dari Bumi. Bintang – bintang itu terlihat dari teleskop yang jaraknya satu binntang dengan yang lain adalah dalam ukurang satuan jarak tahun cahaya (light-years) yakni lintas cahaya dalam satuan tahun atau 9 triliun km. Bintang yang terdekat dengan bumi berjarak 4 tahun cahaya.

            Bintang esbagian besar terdiri atas sekumpulan hidrogen, di samping unsur lain seperti helium, nitrigen, besi, nikel, dan seng yang berada dalam wujud gas.dari bintang terpancar panas, cahaya dan berbagai radiasi energi. Energi dari bintang berasal dari reaksi fusi nuklir. Dalam reaksi ini beberapa nukleus dari hidrogen menjadi satu yaitu helium. Energi dari ledakan hidrogen ini sebagian berbentuk energi panas, energi cahaya dan berbagai energi lain.

            Bintang yang berbeda menunjukkan perbedaan kecerahan dan warna. Ada yang sam dengan Matahari adal yang lebih besar dan ada juga yang lebih kecil energinya. Kilauan ini di nyatakan dalam ukuran magnitud, setiap bintang mempunyai magnitud absolut dan magnitud yang nampak nyata (sesaat).bintang dapat mempunyai sedikit masa atau materi yang dapat menghasilkan kilauan selama jutaan bahkan miliaran tahun sebelum meredup sebagai akhir energi nuklir. Salah satu bintang yakni bintang Rigel, mempunyai magnitud absolut.

            Bagaimana bintang baru terbentuk adalah meningkatnya tekanan dan temperatur dalam bola gas gas yang berputar mengakibatkan terjadinya reaksi nuklir sehingga bintang baru terbentuk. 

4. Matahari dan Sistem Matahari
            Matahari adalah bola sangat besar dari gas yang sangat panas. Matahari berkilat oleh sinar dan memancarkan panas. Pancaran sinar dan panasnya mengenai seluruh planet yang mengorbit padanya. Bola Matahari mempunyai diameter 1,4 juta km, 1-1,5 juta lebih besar dibandingkan Bumi. Dalam Matahari berbentuk bintik atau noda yang berbeda dari waktu ke waktu, mulai dari adanya empat bintik sampai pada tahun 1957-1958 terlihat adanya 375 bintik atau noda yang luas atau lebarnya dari 750 sampai 75.000 km yang terlihat selama dua hari sampai enam minggu. Daur bintik atau noda Matahari yang banyak itu berulang setiap 11 tahun.

            Bagian luar dari bintik bola Matahari adalah photosfer yang sangat panas, disebelah luarnya terdapat atmosfer Matahari terdiri atas partikel gas dari berbagai unsur yang tidak sedikit unsur gas yang juga menyelimuti atmosfer Bumi. Setiap tahun ada dua atau tiga kali Matahari mengalami gerhana, apabila bulan berada di antara Matahari dan Bumi.

            Pada saat tertentu terjadi erupsi gas dari lapisan luar Matahari, sehingga terlihat adanya kilatan api (sun-flare). Partikel dari api ini tersebar jauh, kadang-kadang mencapai Bumi 1-5 jam kemudian (ada kalanya perlu waktu 20-40 jam) sehingga menimbulkan gangguan pada gelombang radio. Kilat api itu juga mengandung sinar ultraviolet yang mencapai Bumi setelah 8½ menit. 

            Sebagai mana di bintang yang lain, reaksi fusi nuklir juga berlangsung di Matahari yang menghasilkan energi dalam bentuk panas dan cahaya dari Matahari. Sinar yang dipancarkan Matahari atau bintang yang lain) terdiri atas spektrum sinar ultraviolet (dengan panjang gelombang yang pendek), ke arah warna biru, hijau, kuning dan mencapai sinar inframerah dengan panjang gelombang yang panjang.

            Matahari merupakan pusat dari Sistem Matahari (Solar System) yang dikelilingi oleh planet berupa benda angkasa yang padat dalam berbagai ukuran dan komposisi fisik yang berbeda. Planet ini mengalami orbit di seputar Matahari oleh pengaruh gravitasi. Planet yang ada juga mengeluarkan kilauan yang berasal dari Matahari. Menurut jarak planet dari Matahari berturut-turut terdapat planer Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Pluto merupakan planet kecil yang dikelompokkan dalam dwarf-planet (planet kecil) bersama Xena dan Ceres, Tallus, Vesta dan lain-lain yang berasal dari asteroid yang terdapat diantara Planet Mars dan Jupiter.

 

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Kosmologi adalah Ilmu Alam Semesta adalah ilmu pengetahuan tentang kosmos (cosmos) atau universe. Istilah universe ditujukan kepada segenap pangada atau segenap yang ada, yang tercipta mulai dari atom, molekul, batu metal, gas, tumbuhan, binatang, sistem solar (Matahari) dan segala yang ada lainnya.

            Terbentuknya alam semesta menjadi teka-teki yang menyibukkan bagi umat manusia. Sejauh perkembangan teori terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat membuktikan secara empirik kebenarannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah hal nisbi bagi alam raya. Manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam raya.  Maka walaupun manusia dengan susah payah mencari-cari bagaimana terbentuknya alam semesta sering terhalang keterbatasan pandangannya. Keterbatasan pandangan ini sangat terikat dengan pengetahuan apriori yang dimiliki manusia. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.



DAFTAR PUSTAKA

·         Tjasyono HK, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: Rosda, 2009.
·         Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
·         wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar